BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Budaya adalah hasil
cipta, rasa, dan karsa manusia yang beraneka ragam. Budaya yang beraneka ragam
itu seperti adat istiadat, bahasa, busana, tarian, makanan, dan sebagainya.
Salah satu hasil budaya jawa yaitu berkaitan dengan busananya. Salah satunya
dalam hal upacara pernikahan. Masyarakat jawa masih menggunakan pathokan-pathokan tertentu dalam hal serangkaian acara, busana serta
tata riasnya.
Tata cara pernikahan
jawa menggunakan dua pathokan yaitu kraton Yogyakarta Hardiningrat dan
Surakarta Hardiningrat. Masyarakat jawa menyebutnya gagrag Yogyakarta dan
gagrag Surakarta/Solo. Berdasarkan uraian tersebut dalam makalah ini akan
membahas tentang tat arias pengantin gagrag Yogyakarta yaitu Paes Ageng.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa itu Paes Ageng?
2.
Perubahan apa saja
yang ada dalam busana pengantin Yogyakarta dulu dan sekarang?
B. TUJUAN PENULISAN
1.
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Busana
Jawa
2.
Memaparkan mengenai Paes Ageng secara
lebih jelas
3.
Menambah wawasan mengenai Paes Ageng
C. MANFAAT PENULISAN
1.
Menambah pengetahuan kepada pembaca
mengenai Paes Ageng
2.
Sebagai sumber referensi
3.
Menambah wawasan bagi para pembaca
BAB 2
PEMBAHASAN
A.
PAES AGENG: RIAS PENGANTIN PAKEM KRATON YOGYAKARTA
Busana dan Tata Rias Paes Ageng Yogyakarta dikenal indah dan
memiliki makna baik pada setiap detail wajah, busana, dan aksesorisnya.
Tata rias Paes Ageng berasal dari sejarah pernikahan di Kraton yang
lalu saat ini banyak digunakan juga untuk pernikahan masyarakat umum. Dahulu
kala, Paes Ageng hanya boleh digunakan oleh kerabat Kraton saja. Semenjak era
Sultan Hamengku Buwono IX, Paes Ageng mulai diijinkan untuk dikenakan di luar
Kraton. Tata rias Paes Ageng lalu berkembang, dan menjadi tren di kalangan
masyarakat umum.
Paes Ageng digunakan mulai pada saat acara Panggih pada pernikahan
Kraton Yogyakarta. Detail dandanannya indah, detail, dan dikenal rumit. Di
samping itu, terdapat pula makna-makna baik di balik setiap detailnya.
BUSANA PENGANTIN WANITA
a.
Cunduk Mentul
Cunduk Mentul adalah 5 buah hiasan yang berbentuk tangkai bunga yang
dipasang di atas kepala pengantin wanita. Cunduk Mentul yang berada tengah
biasanya lebih tinggi dari yang lain. Cunduk Mentul merupakan simbol empat arah
mata angin dan satu tujuan, yakni Tuhan YME.
b.
Sanggul Bokor
Sanggul Bokor adalah bentuk rambut yang digelung di belakang dan
berbentuk bokor serta dihiasi rajutan bunga melati. Bagian bawah kanan sanggul
dipasang roncean melati yang berbentuk belalai gajah.
c.
Cengkorongan
Cengkorongan adalah pembuatan pola dibagian dahi dipinggiran rambut.
Cengkorongan ini berbentuk bunga teratai yang bermakana kesucian dan menandakan
kalau pengantin perempuan masih suci. Pada sisi Cengkorongan akan dibubuhkan
bubuk emas (prada) di sisinya.
Cengkorongan terdiri atas pangunggul, pangapit, dan panitis. Pangunggul terletak paling besar
ditengah dan memiliki makna “orang yang paling unggul”. Pengapit terletak di
kanan kiri pangunggul dan merupakan simbol pengawal dari pangunggul. Kemudian
panitis terletak di bagian dahi paling pinggir, maknanya adalah bahwa orang
harus teliti, tidak menelan mentah-mentah begitu saja sesuatu hal, dan harus
bisa membedakan mana yang baik mana yang buruk.
Untuk membentuk cengkorongan, rambut halus di dahi mempelai wanita
harus dikerik terlebih dahulu. Upacara mengerik ini dinamakan halup-halupan dan
dilakukan setelah upacara siraman. Halup-halupan memiliki
makna harapan agar hal atau sifat-sifat buruk pada mempelai wanita hilang.
d.
Citak
Citak adalah sebuah riasan berbentuk layang-layang kecil yang
terletak di antara alis dan terbuat dari daun sirih. Citak digunakan untuk
menolak bala.
e.
Alis Tanduk Rusa dan Jahitan
Mata
Alis mempelai wanita akan dibentuk dengan ujung bercabang dua seperti
layaknya tanduk rusa. Rusa diibaratkan sebagai hewan yang perkasa, sehingga
diharapkan pengantin pun akan tangguh dan perkasa.
Sedangkan Jahitan Mata adalah dibentuknya dua garis hitam yang
digambar dari ujung mata menuju dan menyatu berujung di kepala. Ujungnya ada di
kepala karena merupakan simbol bahwa pusat pemikiran menjadi satu ke arah kepala.
Hal ini bermakna bahwa diharapkan pemikiran dari kedua mempelai dapat menjadi
satu.
f.
Kalung Tiga Susun
Kalung tiga susun melambangkan tiga tahapan kehidupan manusia, yaitu:
lahir, menikah, dan meninggal
g.
Gelang Naga
Gelang naga dipakai di lengan pengantin. Kepala naga menghadap ke
belakang dan memiliki makna untuk menolak bala.
h.
Dodotan
Dodotan adalah pakaian yang dikenakan pengantin. Terdiri dari kain
cinde dan dodotan itu sendiri. Kain dodot memiliki ukuran 4-5 meter. Biasanya,
kain dodot ini menggunakan motif semen raja yang memiliki makna agar pengantin
mempunyai hidup seperti raja. Motif cinde sendiri melambangkan penghormatan
kepada Dewi Sri (dewi padi) yang melambangkan kemakmuran.
BUSANA PENGANTIN PRIA
a.
Kuluk
Kuluk adalah penutup kepala (berbentuk semacam peci tinggi). Jika
mempelai pria berasal dari keluarga Kraton maka Kuluk yang digunakan adalah
Kuluk warna biru, namun jika mempelai pria adalah menantu Kraton maka yang
digunakan warna putih. Di belakang Kuluk dipasang hiasan berbentuk rambut panjang.
Hal ini menggambarkan pangeran-pangeran zaman dahulu yang selalu berambut
panjang.
b.
Sumping
Sumping adalah hiasan di telinga mempelai pria. Sumping diletakkan di
atas daun telinga dan berbentuk segitiga. Sumping merupakan pengharapan agar
pendengaran pengantin laki-laki tajam dan peka terhadap kondisi di sekitarnya.
c.
Kalung 3 Susun
Kalung tiga susun melambangkan tiga tahapan kehidupan manusia, yaitu:
lahir, menikah, dan meninggal
d.
Keris
Tidak ada riasan khusus untuk pengantin laki-laki. Kain yang digunakan
pun sama dengan pengantin perempuan. Hanya saja kain cinde dan dodotan
dikenakan pada pusar ke bawah.
B. PERUBAHAN MODERN
Perubahan busana pengantin Yogja menggunakan kemben dan bawahan kain
katun motif batik atau dodotan. "Khasnya seharusnya kain batik". Si
mempelai wanita menggunakan dodotan dengan atasan rompi hitam. Si pengantin
pria juga menggunakan dodotan dengan atasan rompi kecil bewarna hitam juga.
Untuk kemben batiknya lebih beragam, tapi kebanyakan orang memilih
warna hijau. Motif pada kemben tersebut terdiri dari 2 jenis yaitu prada dan
benang emas. Prada emas tergolong lebih mahal ketimbang benang emas.
LAMPIRAN
Saat
upacara Panggih, mempelai wanita mengenakan:
ilustrasi : buku “Sejarah dan Warisan Budaya Kraton Jogja”
Sedangkan, pengantin pria akan mengenakan:
ilustrasi : buku “Sejarah dan Warisan Budaya Kraton
Jogja”
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Sebagai warga
negara yang baik, kita bersama-sama mempelajari budaya-budaya bangsa Indonesia
dengan memanfaatkan sosial budaya, sejarah, sumber daya alam, dsb. Salah
satunya tat rias pengantin Paes Ageng Keraton Yogyakarta. Sehingga kita dapat
bersama-sama memandang diri serta lingkungan yang ada, dan unsur yang telah
ada. Yang juga akan menghasilkan manfaat di berbagai bidang kehidupan.
B. Saran
Untuk para
pembaca semoga dengan ini kita bisa bersama mengetahui salah satu budaya bangsa
Indonesia. Untuk masyarakat Indonesia semoga lebih baik lagi dalam mengolah dan
mempelajari budaya nusantara.
DAFTAR
PUSTAKA
Prasetyono,
Dwi Sunar. 2003. Tata Cara Paes lan
Pranatacara Gagrag Ngayogyakarta. Yogyakarta: Absolut
informasi yang menarik dan penjelasan yg detail
cek juga disini, ada banyak kumpulan baju pengantin sampai dekorasi buat pernikahan :) Terimakasih..
http://www.bumentik.com/p/rias-pengantin_19.html
Terimakasih untuk infonya, sangat menambah pengetahuan saya
BalasHapus