Oleh: Sugianto
Pengembang
Teknologi Pembelajaran Ahli Muda
Balai Guru
Penggerak (BGP) Provinsi Sumatera Selatan
Pendahuluan
Disadari ataupun tidak, pada saat ini ada banyak sekali orang tua ataupun guru
yang merasa tergoda untuk membanding-bandingkan prestasi belajar anaknya dengan
anak yang lain tanpa pernah memahami bagaimana sesungguhnya prestasi belajar
anak itu mesti dilihat secara utuh dalam konteks perkembangan sosial,
emosional, fisik, psikologis, dan lain-lain.
Sebagai
orang tua dan guru, kita pasti pernah mengalami suatu kondisi dimana suasana
atau kondisi belajar kita berbeda dengan siswa lain, baik dari cara belajarnya,
kemampuan belajarnya, maupun minat belajar kita. Oleh karena itu, sebagai orang
tua dan guru kita sudah seharusnya menyadari bahwa setiap anak itu memiliki
gaya belajarnya masing-masing. Dengan kesadaran itu, tentu kita sebagai orang
tua dan guru, akan jauh lebih mudah untuk mendorong pencapaian prestasi belajar
anak secara lebih maksimal.
Untuk itu,
sudah seyogianya jika setiap guru mesti mengenal siswanya secara lebih
individual untuk dapat menerapkan strategi belajar yang cocok bagi proses
perkembangan belajar mereka. Dengan demikian, maka diperlukan pemahaman secara
menyeluruh mengenai pembelajaran berdiferensiasi guna memaksimalkan potensi
belajar siswa.
Apa itu
Pembelajaran Berdiferensiasi?
Pembelajaran
berdiferensiasi adalah teknik instruksional atau pembelajaran di mana guru
menggunakan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individual
setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan tersebut dapat berupa
pengetahuan yang ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata pelajaran.
Pada
dasarnya, pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap guru untuk bertemu
dan berinteraksi dengan siswa pada tingkat yang sebanding dengan tingkat
pengetahuan mereka untuk kemudian menyiapkan preferensi belajar mereka.
Untuk
itulah maka pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki tujuan untuk menciptakan
kesetaraan belajar bagi semua siswa dan menjembatani kesenjangan belajar antara
yang berprestasi dengan yang tidak berprestasi. Singkatnya, pembelajaran
berdiferensiasi adalah proses pembelajaran yang dibuat sedemikian rupa sehingga
siswa merasa tertantang untuk belajar.
Penting
untuk dicatat, bahwa beberapa siswa pasti memiliki tingkat pengetahuan yang
baik tentang suatu topik belajar tertentu, sedangkan siswa yang lain tidak
karena siswa tersebut memiliki pengetahuan yang sama sekali baru dengan topik
tersebut. Selain itu, beberapa orang siswa juga memiliki kemampuan pemahaman
yang lebih baik dan lebih cepat jika ia mendengarkan penjelasan gurunya secara
langsung atau melalui audio, sedangkan beberapa orang siswa lagi dapat belajar
secara efektif apabila ia berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, dan
beberapa orang siswa lainnya harus menghabiskan waktunya untuk membaca sendiri
guna mendapatkan pengetahuan secara utuh dan lebih lengkap. Selain itu, kita
juga mungkin memiliki anak-anak yang senang belajar dan berkolaborasi dalam
sebuah kelompok kecil, sementara beberapa anak lainnya lebih suka belajar
secara mandiri.
Adanya
perbedaan-perbedaan ini mesti disikapi oleh setiap guru dengan cara menampilkan
diferensiasi konten dan berbagai pendekatan yang dapat memastikan bahwa semua
materi belajar telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang memiliki
kemampuan berbeda.
Ada empat
faktor yang ikut berperan dalam meningkatkan pembelajaran yang berbeda ini,
yakni: konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Pada prinsipnya, dalam
pembelajaran berdiferensiasi ini, tujuan pembelajaran di kelas mesti sama
meskipun bahan ajar, penilaian, dan metode penyampaiannya bisa berbeda
berdasarkan kebutuhan masing-masing siswa.
Metode
Pembelajaran Berdiferensiasi
Seperti telah disebutkan di depan, guru dapat membedakan pembelajaran itu dalam empat cara, yaitu:
1. Konten
Isinya adalah materi pembelajaran itu sendiri. Hal ini dapat dibedakan dalam beberapa cara. Pertama, siswa memiliki tingkat penguasaan atau pengetahuan yang berbeda terhadap suatu mata pelajaran. Beberapa orang siswa mungkin tidak memiliki pengetahuan sebelumnya tentang materi pelajaran itu, beberapa orang siswa mungkin memiliki pengetahuan secara parsial, dan beberapa orang siswa lainnya mungkin telah menguasai pengetahuan tentang materi pelajaran itu.
Kedua, gaya
belajar peserta didik juga berbeda-beda. Ada pembelajar visual (gambar),
auditori (suara), dan kinestetik (praktek langsung). Seorang pembelajar
visual tentu dapat dengan mudah memperoleh pengetahuan baru melalui
representasi visual dari topik pelajaran tertentu. Di sisi lain, pembelajar
auditori akan lebih mampu memahami topik secara lebih baik, ketika ia
mendengarkan melalui audio atau penjelasan lisan dari guru. Sedangkan
pembelajar kinestetik, seorang siswa akan lebih cepat memahami ketika ia dapat
berpartisipasi secara fisik dalam proses pembelajaran.
Nah, memasukkan pengetahuan dan pemahaman tentang hal ini ke dalam pengajaran, tentu akan sangat membantu seorang guru dalam mengembangkan berbagai konten dan bahan ajar yang dapat menjangkau setiap siswa.
2. Proses
Proses ini berbicara tentang bagaimana seorang guru dapat memberikan instruksi yang tepat kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, penilaian berkelanjutan selama pembelajaran juga akan membantu guru dalam memahami apakah setiap siswa telah belajar dengan kemampuan terbaik mereka atau tidak.
Guna
menentukan proses dan model pembelajaran yang sesuai bagi siswa tersebut, maka
guru harus memahami minat, kemampuan, dan tingkat pengetahuan setiap siswa.
Mengapa demikian? Karena setiap siswa itu sesungguhnya memiliki cara belajar
masing-masing yang bersifat khas dan unik.
Ada banyak
contoh untuk membuktikan hal itu. Dalam satu kelas saja, kita pasti akan
menemui beberapa siswa yang dapat belajar dengan baik apabila ia mendengarkan
instruksi berbasis audio atau mendengarkan suara gurunya secara langsung.
Sebaliknya bagi siswa yang lain, mendengarkan penjelasan guru saja tidak cukup,
mereka juga harus membaca penjelasan tersebut secara berulang-ulang. Sedangkan
beberapa orang siswa lainnya, akan dapat belajar dengan baik melalui manipulasi
objek terkait dengan konten tersebut. Selain itu, ada juga beberapa orang siswa
yang lebih suka bekerja sendiri, sementara yang lainnya lebih suka belajar
secara kolaboratif dan berbasis kelompok.
Dengan
demikian, memahami kebutuhan setiap siswa di awal pembelajaran, tentu akan
sangat membantu seorang guru dalam menciptakan proses pembelajaran yang berbeda
dan membantu para siswa untuk dapat belajar secara efektif dan menyenangkan.
Terakhir, proses pembelajaran yang layak diterapkan oleh seorang guru adalah kemampuan dalam mendemonstrasikan cara pemecahan masalah, lalu melangkah mundur agar siswa mampu mereplikasi proses tersebut sambil terus menawarkan dukungan seiring dengan kemajuan belajar para siswa.
3. Produk
Aspek ini melibatkan metode yang digunakan oleh guru dalam mengetahui tingkat penguasaan materi atau bahan ajar dari setiap siswa. Untuk mengetahui penguasaan materi itu, seorang guru dapat melakukannya dengan cara melakukan tes, meminta siswa untuk menuliskan laporan tentang topik-topik berdasarkan materi pelajaran, dan lain-lain.
Namun
apapun cara itu, metode penilaian terbaik adalah metode yang cocok dengan
tingkat minat intelektual masing-masing siswa dan cara belajar yang mereka
sukai. Misalnya, cara yang baik untuk menguji pembelajar kinestetik adalah
melalui penilaian praktis, sedangkan pembelajar auditori adalah dengan
melakukan penilaian verbal atau lisan.
Selain itu, siswa yang baru mengenal suatu topik mungkin tidak dapat menjawab pertanyaan sebaik mereka yang memiliki pemahaman topik yang lebih baik. Oleh karena itu, pendekatan diferensiasi produk ini akan memberikan kepada siswa berbagai pilihan untuk menunjukkan tingkat pemahaman mereka terhadap pelajaran secara individual.
4. Lingkungan belajar
Secara umum ada dua lingkungan belajar bagi seorang siswa, yaitu lingkungan belajar yang dapat meningkatkan pembelajaran mereka dan lingkungan belajar yang dapat merusak pembelajaran mereka. Lingkungan belajar yang tenang dan kondusif akan mampu meningkatkan hasil belajar, sedangkan lingkungan belajar yang bising akan dapat mengurangi konsentrasi dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
Selain itu
penting juga untuk dipahami, pada saat mempertimbangkan faktor kontekstual
untuk meningkatkan pembelajaran berdiferensiasi ini, maka desain ruang kelas
harus diatur sedemikian rupa dan fleksibel untuk mendukung kerja kelompok dan
kolaborasi, serta untuk mendorong dan memfasilitasi para siswa yang lebih suka
bekerja secara individual dan sendiri-sendiri. Terakhir, faktor lingkungan
seperti pencahayaan, suasana kelas, ukuran kelas, pengaturan papan,
dan.lain-lain, semuanya harus berkontribusi pada pencapaian prestasi belajar
siswa.
Manfaat
Pembelajaran Berdiferensiasi
Di bawah
ini adalah beberapa manfaat dari implementasi pembelajaran berdiferensiasi bagi
siswa, yaitu:
1. Pertumbuhan yang sama bagi semua
siswa
Pada prinsipnya, pembelajaran
berdiferensiasi diadopsi untuk mendukung setiap siswa dalam perjalanan belajar
mereka. Metode ini adalah cara untuk menjangkau dan mempengaruhi setiap siswa
di semua tingkatan. Oleh karena itu, secara individu, seorang guru harus dapat
meningkatkan minat siswa dalam proses belajar dan mengarahkan mereka untuk
mewujudkan potensi belajar mereka secara optimal.
2. Pembelajaran yang menyenangkan
Ketika guru mengadopsi
serangkaian strategi pembelajaran yang selaras dengan tipe belajar siswa, maka
siswa akan merasakan betapa belajar itu terasa mudah dan menyenangkan.
3. Pembelajaran yang
dipersonalisasi
Pembelajaran berdiferensiasi ini
adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa. Guru hanya mengembangkan
pelajaran mereka berdasarkan tingkat pengetahuan, preferensi belajar, dan minat
siswa.
Oleh karena
itu, lingkungan belajar di sekolah harus bisa mendukung para siswa untuk
belajar secara kelompok maupun sendiri-sendiri. Selain itu, konten atau materi
pengajaran yang disiapkan oleh guru dapat mencakup format-format seperti:
audio, video, dan praktik, dalam upaya memastikan pembelajaran yang
dipersonalisasi itu tepat untuk setiap siswa.
Tantangan
Pembelajaran Berdiferensiasi
Manfaat
pembelajaran berdiferensiasi sudah sangat jelas, tetapi ada beberapa tantangan
yang terkait dengan pembelajaran ini, yaitu:
1. Faktor waktu
Meskipun pembelajaran
berdiferensiasi adalah cara yang menyenangkan untuk mengajar, namun hampir
dipastikan para guru tidak memiliki waktu yang cukup untuk fokus pada setiap
siswa secara individual.
Hal ini
dikarenakan setiap sekolah sudah mengalokasikan waktu untuk setiap guru dan
mata pelajarannya masing-masing. Dan untuk itu, sangat mungkin bagi guru untuk
tidak memiliki waktu yang cukup guna menilai tingkat pengetahuan siswa atau
mengelompokkannya sesuai dengan pengetahuan dan preferensi belajar
masing-masing siswa.
2. Tekanan tinggi
Implementasi pembelajaran
berdiferensiasi ini melibatkan banyak proses, mulai dari pra-penilaian hingga
penilaian berkelanjutan, mulai dari perencanaan konten hingga proses
pengajaran, dan lain-lain. Hal ini tentu saja dapat membuat guru merasa
kewalahan. Selain itu, guru juga harus melayani para siswa baik secara
individual maupun kelompok. Kondisi seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh
guru dengan jumlah siswa yang begitu banyak di kelasnya.
3. Biaya tinggi
Untuk memfasilitasi pembelajaran
berdiferensiasi, sekolah harus memiliki akses ke berbagai sumber daya dan bahan
ajar untuk mendukung pembelajaran setiap siswanya. Selain itu, sekolah juga
harus menyediakan materi pelajaran untuk setiap topik. Jelas hal ini tentu akan
membutuhkan dukungan keuangan secara berkelanjutan yang mungkin tidak dapat
dipenuhi semua oleh banyak sekolah.
Kesimpulan
Karena setiap anak itu istimewa dan unik, maka pembelajaran berdiferensiasi
merupakan persyaratan bagi terlaksananya pembelajaran untuk semua. Inilah
urgensinya mengapa setiap guru sudah harus menjadikan pembelajaran
berdiferensiasi ini sebagai salah satu strategi untuk memenuhi kebutuhan
belajar setiap siswa di kelasnya. Wallahu’alam Bissowwab
Komentar
Posting Komentar