BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sintaksis
merupakan ilmu yang membicarakan seluk beluk kata dan penggabungannya, hasil
penggabungan kata yang dibicarakan dalam sintaksis meliputi frase, klausa dan
kalimat. Sintaksis juga sering disebut sebagai ilmu tentang kalimat. Kalimat
itu sendiri merupakan satuan bahasa yang langsung digunakan sebagai
satuan ajaran di dalam komunikasi verbal yang hanya dilakukan oleh manusia.
Kalimat juga merupakan susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang
lengkap merupakan definisi umum yang biasa kita jumpai.
Kalimat
sangatlah penting dalam bahasa apapun, yang kemudian dikaji dalam Sintaksis,
salah satunya Sintaksis Bahasa Jawa. Tentunya akan mengupas pada hal-hal yang
berkenaan dengan kalimat dalam bahasa jawa, ciri-ciri bahkan jenisnya kaliamat
dalam bahasa jawa.
Dalam
makalah ini kami membatasi pembahasan kami tentang kalimat dalam bahasa jawa.
Yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah Pengertian kalimat itu sendiri,
Ciri-ciri serta macam dan contoh kalimat dalam bahasa jawa. Sehingga
pembicaraan pada bab berikutnya akan membicarakan tentang unsur gabungan yang
tersebar yaitu kalimat.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana pengertian tentang kalimat dalam bahasa Jawa ?
2.
Bagaimana ciri-ciri kalimat dalam bahasa Jawa ?
3.
Bagaimana macam dan contoh kalimat menurut macamnya tersebut dalam bahasa Jawa
menurut jenisnya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kalimat
Definisi
kalimat dalam Paramasastra Gagrag Anyar Bahasa Jawa (2001:140) adalah “ Ukara iku mujudake rerangkening tembung
kang bisa ngundharake sawijining karep ganep sabab “ atau maksudnya yang
merupakan definisi umum yang biasa kita jumpai ialah “susunan kata-kata yang
teratur yang berisi pikiran yang lengkap “. Selain itu kalimat dapat
didefinisikan satuan bahasa yang relatif dapat berdiri sendiri, terdiri dari
rangkaian kata-kata yang ditandai dengan intonasi akhir dan terdiri dari klausa
( Dr. Endang Nurhayati, M.Hum & Siti Mulyani, M.Hum, 2006:122).
Sehingga
dapat kalimat didefinisikan rangkaian kata yang teratur serta berisi pikiran
lengkap yang ditandai dengan satuan bahasa, rerangkaian kata-kata yang relatif
dapat berdiri sendiri serta adanya intonasi akhir yang terdiri dari klausa.
B.
Ciri-ciri Kalimat ( Ukara )
Kalimat
menurut pengertiannya mempunyai ciri-ciri yang menjadikan tatanan pasti yaitu :
1.
Bisa berdiri sendiri
2.
Terdiri dari satu klausa atau lebih, yaitu jejer ( subjek ) dan wasesa (
predikat )
3.
Pada tulisan awal kalimat diawali dengan huruf kapital ( Aksara Murda ) dan
akhir kalimat diberi tanda titik, koma, titik koma, tandha seru dan tanda
tanya.
4.
Adanya intonasi ( laguning pocapan )
C. Jenis Kalimat
dalam bahasa jawa
Berdasarkan
klasifikasi kalimat dalam bahasa jawa dapat dibagi menjadi 8 tinjauan kalimat,
yaitu:
1.
Jumlah dan jenis klausanya
2.
Struktur internal dan klausa utama
3.
jenis reponsi yang diharapkan
4.
Sifat hubungan aktor aslia
5.
Ada unsur negatif pada frase ferbal utama
6.
Kesederhanaan dan kelengkapan dasar
7.
Posisi dalam percakapan
8.
Konteks dan jawaban yang diberikan
Dibawah
ini akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Dilihat
dari jumlah dan jenis klausa kalimat dibagi menjadi dua:
Kalimat tunggal(ukara lamba)
Ialah kalimat yang memiliki satu klausa
bebas atau memiliki sedikitnya fungtor subjek (jejer) dan predikat (wasesa).
Contoh:
1.
Sri masak
2.
Rudi turu
Kadang
kala fungtor yang ada diperluas dengan adanya objek lesan dan
keterangan-katrangan.
Contoh
:
1.
Sri masak sayur gandul
2.
Rudi turu ono dipan
Berdasarkan tinjauan fungtornya kalimat
tunggal dibedakan menjadi kalimat verbal kriya dan non verbal saliyaning
kriya/bawa. Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya kerja, sedangkan
kalimat nominal adalah kalimat yang berpredikat non kerja: Beda, sifat dan
keadaan.
Contoh:
1.
Sarni nulis layang(kalimat verbal kriya)
2.
Sawahe jembar banget(non verbal saliyaning kriya/bawa)
Ukara cambor
Atau kalimat majemuk adalah kalimat
yang memiliki lebih dari satunklausa bebasatau berdiridari satu klausa bebas
dan kurang-kurangnya satu klausa terikat.dengan kata lain dapat dikatakan
sebagai ukara camboran sejajar ukara camboran susun.
1.
Ukara camboran sejajar
Adalah kalimat majemuk yang memiliki
hubungan klausa setara atau hubungan klausanya tidak ada yang membawahi salah
satunya.
Contoh:
a.
Sartini garap PR dene adine gawe layangan
b.
Ibu goreng krupuk dene aku ngrajang brambang
2.
Ukara camboran susun
Adalah kalimat yang memiliki hubungan
klausa bawah membawahi. Maksudnya adalah salah satu klausanya sebagai keteragan
yang lain. Sedangkan ditinjau dari satu fungtor kalimat tersebut dalam bahasa
jawa disebut gatra: jejer, wasesa, lesan dan keterangan.
Contoh :
a.
Pancen dheweke sugih ,nanging cethil banget
b.
Montorku reget busine, tur asat bensine uga mati lampun
b. Dilihat
dari segi struktur internal klausa kalimat dibedakan menjadi :
1.
Kalimat Sempurna / Ukara samprna
Ialah kalimat yang terdiri dari minimal
satu klausa bebas oleh karenanya kalimat sempurna dapat berupa kalimat tunggal
dan menjemuk.
Contoh :
a.
Aku lagi ngliwet.
b.
Bapakku nguras kolah, kangmasku sing nimba.
2.
Kalimat tak Sempurna / Ukara Gothang
Adalah kalimat yang terdiri dari satu
klausa atau sama sekali tidak ada klausanya dan hanya terdiri dari satu fungtor
kalimat. Kalimat ini terdiri dari : kalimat urutan, sampingan, elips fungtor
tambahan, seruan jawaban dan kalimat minor.
Contoh :
a.
Nyang Bandung.
b.
Sapa ?
c.
Kanca.
d.
Wah, pancen.
e.
O,ya ?
f.
Sapa maneh ?
Macam-macam
bentuk elips atau gothang :
a.
Ukara Gothang Jejer
Kalimat ini hilang fungtor subyeknya
(jejer) dan sering digunakan dalam kalimat pakon,pangajab,pitakon dan pangajab
Contoh :
1.
Mangan!
2.
Jupuken dhisik!
3.
Nggawa Apa?
4.
Aduh, senenge!
b.
Ukara Gothang Wasesane
Kalimat ini mengelipskan fungtor
predikatnya ( wasesa ) dan bisa digunakan dalam kalimat pakon dan pitakon.
Contoh :
1.
Bakso!
2.
Motor?
3.
Ibu?
c.
Ukara Gothang Jejer lan Wasesa
Kalimatnya terdiri dari fungtor
obyek(lesa) dan ketarangan ( katramgan ) atau hanya lesan panandhang.
Contoh :
1.
Pak Guru.
2.
Siswa sedaya.
3.
Dhek wingi.
4.
Dhek Wingi
5.
Ing kutha surakarta.
6.
Jalaran sedih.
7.
Supados boten ngentawisi
c.
Dilihat dari jenis Responsi yang diharapkan
Menurut
beberapa ahli tinjauan kalimat berdasarkan isi atau responsinya
secara garis besar dibagi menjadi :
1.
Kalimat pernyataan atau berita
2.
Kalimat pertanyaan
3.
Kalimat perintah
Dalam
Paramasatra Jawa dirinci menjadi :
1.
Ukara Carita/ kalimat berita
Ialah kalimat yang fungsinya untuk
menginformasikan atau menyiarkan tanpa mengharapkan respon tertentu.
Contoh :
a.
Aku ora munggah pangkat.
b.
Dheweke tuku soto.
Dipandang
dari cara penyampaian kalimat berita dibedakan menjadi :
a.
Kalimat berita langsung ( lungguning guneman )
Kalimat pemberitaannya secara langsung
dari pembicara kepada pendengar atau mengikuti gaya bicara si pembicara.
Contoh :
1.
Retno takon adhine
: “ Rani apa ana ning omah ? “
2.
Ibu
ngendika
: “ Aku masak sayur lodeh . “
b.
Kalimat berita tak langsung
Kalimat pemberitaannya tidak langsung
disampaikan pembicara pertama kepada pendengar tetapi sudah diberitakan oleh
orang kedua atau yang mendengar kepada orang ketiga sebagai pendengar baru atau
penyampai berita, menirukan ringkasan pembicaraan.
Contoh :
1.
Retno takon adhine, apa Rani ana ning omah.
2.
Ibu ngendika yen piyambakipun masak sayur lodeh.
Yang
perlu diperhatikan dalam proses pengubahan kalimat langsung menjadi kaliamat
tak langsung adalah pengamatan pemakaian kata ganti yang dipergunakannya.
2.
Ukara Pitakon
Ialah ukara yang dibentuk untuk
memancing responsi berupa jawaban atau kalimat yang memerlukan jawaban dari
pendengar.
Contoh :
1.
Kowe gawa apa ?
2.
Apa kowe gelem melu Aku?
Respon
yang dihasilkan berdasarkan pertanyaan yang disampaikan dapat berupa jawaban
lengkap, tak lengkap, positif dan negatif.
Contoh
:
1.
Apa kowe gelem melu Ana ?
Gelem ( jawaban tak lengkap )
Aku gelem melu Ana ( jawaban lengkap )
Aku ora gelem ( jawaban tak lengkap
negatif )
Iya gelem melu Ana ( Jawaban positif
tak lengkap dan lengkap )
3.
Ukara Perintah ( Pakon )
Ialah kalimat yang isinya memerlukan
responsi berupa tindakan atau perbuatan. Kata-kata tersebut berupa kata kerja
misalnya : nangisa, nulisa, ijolona, dsb. Selain itu berupa kata sifat :
krasaa, semayaa, ngantuka dsb. Selain akhiran -a ada akhiran lain yang
menbentuk tembung hangnya yaitu akhiran –en contoh : gawanen, wacanen, panganen
dsb.
Contoh :
1.
Endah, masaka jangan dhisik!
2.
Suk, miliha sing kok tresnani!
3.
Gawanen buku kuwi!
Bentuk
kalimat perintah berdasarkan variasi wasesa dibagi menjadi bentuk wasesa
tanduk, tanggap, bawa, temening tumindak,urmat, panentang, pangece, panglulu,
larangan utawa ora mreduli.
Contoh
:
1.
Le, nulisa layang kanggo eyang!
2.
Milih sing kok senengi, Di!
4.
Ukara Pangajak
Kalimat yang isinya mengajak pendengar
untuk bersama-sama melakukan sesuatu tindakan. Adapun kata-kata yang sering
digunakan untuk mengajak dan merupakan cirinya adalah : Ayo, Mangga, Awi, Cobi,
Coba, Sumangga, Prayoginipun dsb.
Contoh :
a.
Ayo, enggal di sapuni latare!
b.
Cobi kula aturi maos sekedhap !
5.
Kalimat Perintah / Ukara panjaluk
Kalimat yang isinya memerintah
pendengar untuk melaksanakan tindakan namun secara halus, seolah-olah meminta
tetapi sebetulnya memerintah yang tidak terlihat. Tetapi jika dipandang dari
maksud penyampaian gagasan dan kemungkinan kalimat tersebut ternasuk kalimat
berita.
Contoh :
1.
Kula aturi midhanget wedharan menika.
2.
Kuka aturi rawuh dhateng griya kula.
6.
Kaliamt Harapan (Ukara Pangarep-arep)
Kalimat yang isinya berupa permohonan
yang halus dan tidak begitu mengharap. Ciri kata yang sering dipergunakan
adalah : Muga-muga dan Mugi-mugi.
Contoh :
1.
Mugi-mugi Gusti Allah paring pangapunten.
2.
Muga-muga enggal oleh bojo.
Kalimat
ini berupa harapan baik dan buruk.
1.
Muga-muga cilaka bocah elek mau.
2.
Muga-muga kasil kang diarepke.
Jika
ditinjau dari jenis predikatnya ( wasesa ) menggunakan wasesa sambawa lan
tanggap, oleh karena itu disebut kalimat sambawa.
1.
Nggarapa dhek mau, saiki aku ora ngrungsung.
2.
Tak saurana saiki, mesthi sisuk wis tentrem.
7.
Kalimat Perjanjian ( Ukara Prajanjen )
Ekspresi gagasan yang isinya meminta
pada orang yang diberi janji apa yang kelak disepakati sebagai ciri pembentukan
bisanya menggunakan kata : yen, menawa, angger, uger, waton.
Contoh :
1.
Waton kowe sregep sinau, mesthi luluse.
2.
Menawa aku sugih, aku arep nukoke Rini sepatu.
8.
Kalimat Perumpamaan ( Ukara Umpama )
Kalimat yang berisi perandaian sehingga
yang diinginkan mustahil menjadi kenyataan atau terlaksana. Ciri kata yang
digunakan adalah : Umpama.
Contoh :
1.
Umpama aku duwe swiwi, bakal minder ingrat
2.
Saumpamane negara iki duwekku, aku bakal ngratoni.
d.
Dilihat dari hubungan aktor aksi
Berdasarkan fungtornya kalimat
dibedakan menjadi kalimat verbal dan nominal atau kriya dan bawa atau sak
liyaning kriya. Dari bentuk kalimat tersebut jika dilihat dari hubungan bentuk
aktor aksinya atau jejer lan wasesane dapat dibagi menjadi kalimat :
1.
Kalimat Aktif ( Ukara Tanduk)
Adalah kalimat yang subyeknya berperan
sebagai pelaku atau aktor. Kalimat ini memiliki predikat kata kerja aktif
rensitif atau kriya tanduk yang transitif. Sehingga kalimat memerlukan obyek.
Dengan demikian arah kata kerjanya arah maju.
Contoh :
a.
Bapak maos koran
b.
Agni makani jaran
2.
Kalimat Pasif ( Ukara Tanggap )
Adalah kalimat yang subjeknya berperan
sebagai penderita. Kalimat ini merupakan perubahan dari aktif sehingga jika
dilihat dari fungtornya, mengalami perubahan fungsi. Subyek menjadi obyek,
obyek menjadi subyek, dengan demikian subyek kalimatnya dikenai tindakan, bukan
pelaku tindakan. Perubahan ini diakibatkan oleh penggunaan kata kerjanya yaitu
kata kerja pasif transitif atau kriya tanggap transitif. Arah kata kerja dalam
kalimat ini berarah mundhur, objek mengenai tindhakan terhadap subjek.
Contoh :
1.
Koran Dipunwaos bapak
2.
Layang ditulis Adik
3.
Kalimat Media
Ialah kalimat yang subyeknya berperan
sebagi pelaku dan penderita, karena obyeknya orang dari pelaku tindakan, arah
kerjanya seolah-olah dapat maju dan mundur.
Contoh :
1.
Aku nyawang praupanku.
2.
Dheweke ngerem-eremi atine.
4.
Kalimat Berarah mandheg / kalimat intransitif
Ialah kalimat yang subjeknya melakukan
perbuatan tetapi tidak memerlukan sasran atau objek, jadi tindakannya tidak
mengenai sasaran, Sedangkan arah kata kerjanya tidak dapat dipindahkan.
Kabiasaan kata kerja yang digunakan adalah kata kerja aus atau kriya lingga.
Contoh :
a.
Bocah-bocah wis lunga kabeh.
b.
Aku arep turu dhisik
5.
Kalimat Reflesif / mengenai diri
Ialah kalimat yang subjeknya melakukan
tindakan atau perbuatan dan sebagai penderita. Kata kerja yang biasanya
digunakan biasanyakata kerja aus dan kata kerja yang berakhiran an yang arahnya
ke organ tubuh pelaku.
Contoh:
a.
Aku arep adus dhisik.
b.
B. Budi jakete wulu macan
6.
Kalimat Resiprokal
Ialah kalimat yang subjeknya dan
obyeknya melakukan tindakan yang bebalas-balasan. Sedangkan arah kata kerjanya,
maju dan mundur.
Contoh:
a.
Tuti karo Yeni padha ceho-cethotan
b.
Jagone padha kabruk-kabrukan.
7.
Unsur positif dan negatif
Tinjauan kalimat berdasarkan ada
tidaknya unsur positif dan negatif pada kalimat verbal terutama pada frase
verbal umumnya dibedakan menjadi kalimat verbal positif dan verbal negatif dan
lazim disebut kalimat afirmatif dan negatif, istilah lainnya adalah kalimat
pengesahan dan penyangkalan
Kalimat pengesahan adalah kalimat yang
frase verbal utamanya tidak terdapat unsur negatif atau prnyangkalan, sehingga
isnya menyatakan pernyataan positif atau sah melaksanakan tindakan.
Contoh:
a.
Bapak tindak kantor.
b.
B ayu mangkat pasar.
Sedangkan
kalimat negatif atau penyangkalan adalah kaliamat yang frase verbalnya terdapat
unsur negatif. Adapun ciri utama kalimat ini degan ditandai penanda negatif
kata ora.
Contoh:
a.
Aku ora nulis layang.
b.
Ibu ora ndodomi klambi.
8.
Kelengkapan dan kesederhanaan dasar
Kalimat dipandang dari segi kelengkapan
dan kesederhanaan pada unsur dasar dibedakan menjadi :
1.
Kalimat formata
Adalah kalimat tersusun rapi, maksudnya
kalimat tunggal yang unsurnya sempurna terdiri dari satu klausa bebas dan
mengandung inti atau merupak inti. Adapun yang dimaksud kalimat inti adalah
kalimat yang memenuhi lima ciri yaitu: tunggal/simple,sempurna,pernyataan,
aktif, atau ringkasnya bentuk kalimat aktif positif yang dalam bentuk tunggal
yang sempurna.
Contoh:
a.
Adhiku nonton televisi
b.
Yu Nah ngedusi anake.
2.
Kalimat transformata
Adalah kalimat lengkap tetapi bukan
bentuk tunggal tetapi bentuk majemuk atau camboran. Cara membentuk kalimat ini
dengancara memperluas kalimat tunggal dengan cara penggabungan atau
perangkaian.
Contoh:
a.
Santi nulis layang, sari jejogetan ana sandhinge.
b.
Eyang lenggah leyeh-leyeh, dene wayahe teturan wae.
3.
Kalimat deformata
Ada;lah kalimat tunggal yang tidak
lengkap atau sempurna. Kalimat ini terdiri dari bentuk kalimat minor yaitu:
klimat suruan, sampingan, elips, tambahan, jawaban, urutan. Proses pembentukannya
dengan cara pengguguran atau delection dari kalimat sempurna.
Contoh:
a.
Kalimat urutan
Adalah kalimat yang berurutan atau
merupan rangkaian dari kalimat lain. Isinya merupakan atu kesatuan konteks dan
urut peristiw. Tanda yang biasanya digunakan adalah kata: dekawit, kawitne,
banjur, mula, nanging, dene, dsb.
Contoh:
a.
Menawa kowe wis ngerti yen iku salah, age jaluk pangapura.
b.
Barang aku duwe dhuwet, banjur nglunasi kabeh utangku.
b.
Kalimat sampingan
Adalah kalimat yang diturunkan dari
kalimat bersusun yang berupa klausa terikat dan bisa digunakan untuk
melengkapi bentuk kalimat tunggal sehingga membentuk kalimat bersusun
atau ukara cambor.
Contoh:
a.
Wis seminggu ora mlebu kuliah.
b.
Dene mbakyune maca majalah.
c.
Kalimat ellips atau ukara gothang
Adalah kalimat yang tidak lengkap
fungtornya, dan proses pembentukanya dari kalimat tunggal.
Contoh:
a.
Esuk-esuk mau.
b.
Dodol klonthong
d.
Kalimat tambahan
Adalah kalimat yang tidak sempurna yang
nerupakan merupakan kelengkapan dari kalimat atau penyataan sebelumnya.
Contoh:
a.
Aku arep tuku omah sakpekarangane serta prabote kabeh.
b.
Aku arep plesiran menyang Baron karo kulawargaku sasi ngarep
e.
Kalimat jawaban
Adalah kalimat yang tidakl sempurna dan
merupakan jawaban dari pernyataan atau sebagai sambungan percakapan dengan
pergantiaan pebicara.
Contoh:
a.
Aldi. Jawaban dari sapa jenengmu?
b.
Turu. Jawaban dari adhek lagi ngapa?
f.
Kalimat seruan atau ukara rasa wadhar
Adalah kalimat yang tugasnya sebagai
penyempurna pernyataan sebelumnya, sehingga merupakan bentuk tak sempurna atau
elips/. Kalimat ini biasanya terdiri dari kata – kata atau frase dan jarang
berstruktur klausa, karena tidak berpredikat.Kalimat ini dibagi menjadi
struktur non klausa dan struktur istimewa atau non tipe.
a.
Kalimat seruan struktur non klausa
-
Contoh dalam bentuk pangilan
a.
Polisi!
b.
Ibu!
-
Contoh dalam bentuk salam
a.
Sugeng siang!
b.
nDherek bingah!
-
Contoh dalam bentuk teriakan.
a.
Wadhuh edahe!
b.
O, ooo ngono!
-
Contoh dalam kelompok judul
a.
Paramasasytra Jawa, dening Antunsuhana.
b.
Serat WicaraKeras, dening Yasadipura
-
Contoh dalam bentuk motto:
a.
Rawe- rawe rantas malang- malang putung.
b.
Becik ketitik ala ketara
-
Contoh dalam bentuk indkripsi
a.
Mugi katur para sesepuh
b.
Kagem para leluhuring warga
b.
Kalimat seruan struktur istimewa
Sejumlah kalimat yang tidak termasuk
tipe kalimat sempuna, bentuk ini merupakan jebakan terhadap analiasis bahasa,
terutama penganalisis bahsa yang kurang hati-hati.Kalimat yang tarmasuk dalam
kalimat ini adalah:
a.
Metabahasa.
Adalah mengenai bahasa yang dalam
pemakaiannya, beberapa bentuk menjadi fungsionalnya yang asli
Contoh:
o Ing
ku tembung ancer ( Ing = nominal)
o Nggege
mangsa. ( nggege mangsa = nominal)
b.
Bahasa singkat.
Adalah struktur kalimat singkat dengan
cara menghilangkan kata tugas. Bentuk ini biasa digunakan dalam judul headline,
telegram.
Contoh:
o Enggal
bali ditunggu, penting!
o Caos
kabar nampi wayah putri rawuh
9.
Posisi dalam pecakapan
Dipandang dari segi posisi dalam
pecakapan kalimat dapat dibedakan menjadi:
1.
Kalimat situasi adalah yang mulai percakapan. Kalimat ini juga dapat mngikuti
pangilan, salam, seruan, atau jawaban yang berbentuk tetap terhadap salah satu
dari ketiganya.
Contoh:
a.
Kepriye kabare?
b.
Seka ngendi?
2.
Kalimat urutan
Adalah kalimat yang menyambung atau
meneruskan pembicaraan tanpa pergantian pembicara.
Contoh:
a.
Marem atiku bisa tuku.
b.
Eyang remen banget tak sowani
3.
Kalimat jawaban
Adalah kalimat yang menyambung atau meneruskan
pembicaraan dengan menganti pembicara.
Contoh:
a.
Sae kemawon
b.
Matur nuwun.
10. Konteks dan
jawaban
Kalimat ditinjau berdasarkan konteks
dan jawaban dibedakan menjadi :
1.
Kalimat salam
Formula kalimat yang tetap dan digunakan
dalam pertamuan atau perpisahan, menimbulkan suatu balasan atau jawaban yang
tetap atau diulang- ulang bentuknya.
Contoh:
-
Sugeng sonten.
-
Sugeng dhahar.
2.
Kalimat panggilan
Adalah kalimat pendek yang ditunjukan
untuk mendapat perhatian dan menimbulkan jawaban yang beraneka ragam dan
umumnya bentuknya pertanyan singkat.
Contoh:
-
Ibu! , Paklik!
3.
Kalimat seruan
Adalah kalimat pendek yang berpola
tetap dengan intonasi tertentu, timbul dari beberapa kejadiuan yang tidak
diduga dalam konteks liguistik dan nonliguistik kalimat seruan ini tidak
menuntut jawaban sama sekali.
Contoh:
-
Biyung!
-
Wah-wah erem tenan!
4.
Kalimat pertanyaan.
Adalah kalimat yang menimbulkan
jawaban
Contoh:
-
Omahmu ing ngendi?
-
Kapan menyang omahku?
5.
Kalimat permohonan.
Kalimat yang memperlukan respon
perbuatan.
Contoh:
-
Kula aturi lenggah rumiyen!
-
Kula suwun kersa rawuh, mangkeh dalu!
6.
Kalimat pernyataan.
7.
Adalah kalimat menuntut responsi yang dosebut tanda perhatian.
Contoh:
-
Wingi aku sowan mrana lo
-
Aku mau ketemu kancamu
BAB III
KESIMPULAN
1. Pengertian
kalimat dalam bahasa jawa adalah
Definisi kalimat dalam Paramasastra
Gagrag Anyar Bahasa Jawa (2001:140) adalah “ Ukara iku mujudake rerangkening tembung kang bisa ngundharake
sawijining karep ganep sabab “ atau maksudnya yang merupakan definisi umum
yang biasa kita jumpai ialah “susunan kata-kata yang teratur yang berisi
pikiran yang lengkap “. Selain itu kalimat dapat didefinisikan satuan bahasa
yang relatif dapat berdiri sendiri, terdiri dari rangkaian kata-kata yang
ditandai dengan intonasi akhir dan terdiri dari klausa ( Dr. Endang Nurhayati,
M.Hum & Siti Mulyani, M.Hum, 2006:122).
2. Ciri -
ciri kalimat dalam bahasa jawa
Kalimat
menurut pengertiannya mempunyai ciri-ciri yang menjadikan tatanan pasti yaitu :
1.
Bisa berdiri sendiri
2.
Terdiri dari satu klausa atau lebih, yaitu jejer ( subjek ) dan wasesa (
predikat )
3.
Pada tulisan awal kalimat diawali dengan huruf kapital ( Aksara Murda ) dan
akhir kalimat diberi tanda titik, koma, titik koma, tandha seru dan tanda
tanya.
4.
Adanya intonasi ( laguning pocapan )
3.
macam dan contoh kalimat menurut macamnya tersebut dalam bahasa Jawa menurut
jenisnya.
Berdasarkan
klasifikasi kalimat dalam bahasa jawa dapat dibagi menjadi 8 tinjauan kalimat,
yaitu:
1.
Jumlah dan jenis klausanya
Kalimat tunggal (ukara lamba)
Ukara cambor
2.
Struktur internal dan klausa utama
Kalimat Sempurna / Ukara samprna
Kalimat tak
Sempurna / Ukara Gothan
3.
jenis reponsi yang diharapkan
4.
Sifat hubungan aktor aslia
5.
Ada unsur negatif pada frase ferbal utama
6.
Kesederhanaan dan kelengkapan dasar
7.
Posisi dalam percakapan
8.
Konteks dan jawaban yang diberikan
DAFTAR PUSTAKA
Wisnu,satria tjatur.2001 sasangka jakarta :yayasan paramalingua
Nurhayati
Endang, siti mulyani.2006 liguistik
Bahasa Jawa Yogyakarta
Ukara
Langsung
menyang: pandhu arah,
pados
Ukara iku sawijining konsèp
linguistik lan biasané diartèkaké minangka sawijining èksprèsi alami basa:
yaiku sawijining unit tatabasa lan lèksikal sing kasusun saka tembung sing
cacahé siji utawa luwih saka siji kang mawa teges.
Péranganing ukara
Péranganing ukara kang
baku, yaiku:- Jejer yaiku: samubarang kang dianggep duwe adeg dhewe
sarta dadi bakuning gunem utawa carita. Lumrahe awujud tembung aran, sarta
dadi wangsulane pitakon:
- Apa sing ...?
- Sapa sing...?
- Wasésa yaiku: samubarang kang dadi caritane jejer.
Lumrahe awujud tembung kriya. Ananging ana uga kang awujud tembung: aran,
kaanan, sesulih, wilangan, lan sapanunggalané. Sarta dadi wangsulan saka
pitakon:
- kepriyé...?
- ngapa...?
- Lésan yaiku: samubarang kang dadi watesaning wasesa,
utawa kang nerangake wasesa. Lesan, kapilah dadi papat, yaiku:
- lesan panindak
- lesan panandang
- lesan panyabab
- lesan panampa
- Katrangan yaiku: yaiku kang dadi andharaning wasesa.
Jenising Ukara
- Ukara lamba
- Ukara awasesa kriya:
- Ukara awasesa kaanan
- Ukara awasesa aran
- Ukara awasesa wilangan
- Ukara awasesa ancer-ancer
- Ukara camboran
- Ukara camboran sajajar
- Ukara camboran sungsun
- Ukara camboran raketan
- Miturut cakriking ukara
- Ukara carita
- Ukara pakon
- Ukara pitakon
- Ukara sabawa
- Wancahan lan sungsun balik
- Ukara wancahan
Komentar
Posting Komentar